“Pemenang bukan mereka yang tidak pernah gagal, tetapi mereka yang
selalu bangkit dan terus berjuang”. Motto ini terus menjadi acuan dalam diri saya untuk memperbaiki
hidup.
Mungkin angkatan sekarang
tidak tahu nama saya atau mengenali siapa saya. Namun untuk angkatan 17 sampai angkatan
24 pasti tau
dan mengenali siapa saya. Ben Riwu? He is a trouble maker! Ya, predikat ini pantas untuk disandangkan ke saya
ketika kuliah. Terlalu banyak yang berlawanan dengan aturan kampus yang sudah saya lakukan. Pak Fianus pernah berkata bahwa nama saya tidak perlu dituliskan dalam jadwal pelayanan atau apapun
selain absen kelas.
Lalu bagaimana
dengan pelayanan saya saat ini? Saya pernah bersama dengan Kak Marta Sumi melayani jemaat di GBT KAO Sungai Bungo – Kampar Riau. Sampai pada awal Januari 2015, saya pindah untuk memulai perintisan di Kota Kupang
– NTT sampai tahun 2020 awal. Kesulitan dalam perintisan di Kupang pun sering
saya alami. Keadaan tanpa uang merupakan hal yang
wajib disetiap akhir bulan. Bukan hanya soal ekonomi,
dalam pelayanan pun ada banyak hambatan
yang saya
alami, terutama dalam menjadikan
tempat perintisan sebagai Pos PI. Saya pernah dituduh sebagai pembawa ajaran sesat, bahkan orang yang datang beribadah pun sering mendapatkan ancaman. Berbagai upaya pun sudah coba saya lakukan. Bahkan saya pernah ngojek untuk mengumpulkan dana KKR
yang akan diadakan di lingkungan tempat saya merintis. Jumlah orang-orang yang mengikuti KKR saat itu lumayan banyak. Setelah itu keadaan kami kembali seperti awal lagi. Akhirnya Pos PI yang digadangkan/dibayangkan hanya sebatas Persekutuan Doa. Saya
sempat punya pemikiran untuk menyerah. Saat saya berpikir gagal, saya
diingatkan Tuhan bahwa Dia tidak pernah menciptakan suatu produk gagal termasuk
diri saya.
Kalimat ini terus
terngiang dalam
pikiran yang membuat saya harus survive. Pada Maret 2020, saya berpikir
bahwa di Kupang
perintisan yang saya lakukan saya
tidak berhasil, belum tentu ditempat lain demikian. Akhirnya saya memutuskan untuk ke Sumba Timur tempat
saya berada
saat ini. Namun pada
awal tahun bertepatan dengan Pandemi Covid-19, rencana perintisan sempat
tertunda sampai Agustus 2020, Tuhan membuka satu jalan bagi saya untuk membuka satu Pos PI di daerah rumah trans yang
tidak
ada listrik, kesulitan air dan cukup jauh dari kota. Sehingga setiap hari Minggu saya bersama Istri dan
anak harus menempuh jarak yang cukup jauh dari rumah kami untuk pergi melayani.
Saat ini jiwa yang kami layani berjumlah 6 orang selain kami sekeluarga. Tempat
pelayanan kami pun masih menggunakan
rumah jemaat. Sangat sederhana, namun ditempat ini Tuhan membuat saya melihat betapa besar kuasa-Nya.Tuhan membuat pelayanan saya tidak hanya itu saja. Pos PI
memang hanya itu, namun Tuhan juga mempercayakan kami membuka 2 tempat
persekutan Doa, membuka 3 taman baca bagi anak-anak, dari orang yang malas doa
pagi di kampus menjadi salah satu fasilitator
JDPN Kab. Sumba Timur, tergabung dalam Lembaga Perlindungan Anak Kab. Sumba
Timur, anggota Karang Taruna Kab. Sumba Timur, Koordinator My Home Indonesia untuk Sumba. Dari seorang yang
tidak
peduli orang lain, sekarang jadi Paralegal (pendamping pengacara) untuk kasus kekerasan terhadap anak, dari orang yang
malas menulis kini menjadi
jurnalis di salah satu media
online.
Banyak orang yang berkata bahwa kegiatan yang saya lakukan ini “bukan pelayanan gerejawi”, agak “sedikit menyimpang” sehingga tidak
sedikit yang mengatakan bahwa saya “telah lari dari
panggilan”. Sebenarnya alasan saya melayani di semua bidang ini karena termotivasi dari
salah satu pepatah yang mengatakan “bila ditangan seorang tukang hanya ada
palu, maka ia akan mengerjakan segala sesuatu dengan palu itu” padahal untuk pekerjaan tidak hanya
butuh palu. Ada banyak alat yang dapat digunakan. Dan bagi
saya, membangun pelayanan tidak cukup dengan berdiri di Mimbar
Gereja. Lewat
semua pelayanan ini, justru membuat saya lebih mengerti maksud Tuhan bagi saya.
Bagaimana dengan pendapatan saya? Dari semua pelayanan yang saya lakukan di atas,
tidak
ada satupun yang mendatangkan pendapatan. Justru
pengeluaran. Kalau ada pengeluaran
pasti ada pemasukan bukan? Ya! Pemasukan pasti ada, tetapi sumbernya hingga
hari ini tidak saya ketahui. Rasanya memang aneh begitupun dengan saya, saya merasa
aneh. Karena ada saja cara Tuhan memberkati
kami dengan cara-cara yang tak terduga. Beberapa
orang melihat saya bepergian dengan pesawat, mengendarai mobil, terlibat dalam
berbagai aksi sosial karena saya punya
pendapatan yang pasti, padahal tidak demikian. Semua itu adalah karena
kemurahan Tuhan. Dan hingga saat ini setiap kekurangan kami secara ekonomi
selalu
Tuhan buat cukup. Sampai saat ini pelayanan
kami di Pos PI tetap berjalan dan semuanya diatur Tuhan dengan begitu indah.