Kesaksian Alumni

Bersama Tuhan ada Kemenangan oleh Benyamin Ludji Riwu

“Pemenang bukan mereka yang tidak pernah gagal, tetapi mereka yang selalu bangkit dan terus berjuang”. Motto ini terus menjadi acuan dalam diri saya untuk memperbaiki hidup.

Mungkin angkatan sekarang tidak tahu nama saya atau mengenali siapa saya. Namun untuk angkatan 17 sampai angkatan 24 pasti tau dan mengenali siapa saya. Ben Riwu? He is a trouble maker! Ya, predikat ini pantas untuk disandangkan ke saya ketika kuliah. Terlalu banyak yang berlawanan dengan aturan kampus yang sudah saya lakukan. Pak Fianus pernah berkata bahwa nama saya tidak perlu dituliskan dalam jadwal pelayanan atau apapun selain absen kelas.

Lalu bagaimana dengan pelayanan saya saat ini? Saya pernah bersama dengan Kak Marta Sumi melayani jemaat di GBT KAO Sungai Bungo – Kampar Riau. Sampai pada awal Januari 2015, saya pindah untuk memulai perintisan di Kota Kupang – NTT sampai tahun 2020 awal. Kesulitan dalam perintisan di Kupang pun sering saya alami. Keadaan tanpa uang merupakan hal yang wajib disetiap akhir bulan. Bukan hanya soal ekonomi, dalam pelayanan pun ada banyak hambatan yang saya alami, terutama dalam menjadikan tempat perintisan sebagai Pos PI. Saya pernah dituduh sebagai pembawa ajaran sesat, bahkan orang yang datang beribadah pun sering mendapatkan ancaman. Berbagai upaya pun sudah coba saya lakukan. Bahkan saya pernah ngojek untuk mengumpulkan dana KKR yang akan diadakan di lingkungan tempat saya merintis. Jumlah orang-orang yang mengikuti KKR saat itu lumayan banyak. Setelah itu keadaan kami kembali seperti awal lagi. Akhirnya Pos PI yang digadangkan/dibayangkan hanya sebatas Persekutuan Doa. Saya sempat punya pemikiran untuk menyerah. Saat saya berpikir gagal, saya diingatkan Tuhan bahwa Dia tidak pernah menciptakan suatu produk gagal termasuk diri saya.

Kalimat ini terus terngiang dalam pikiran yang membuat saya harus survive. Pada Maret 2020, saya berpikir bahwa di Kupang perintisan yang saya lakukan saya tidak berhasil, belum tentu ditempat lain demikian. Akhirnya saya memutuskan untuk ke Sumba Timur tempat saya berada saat ini. Namun pada awal tahun bertepatan dengan Pandemi Covid-19, rencana perintisan sempat tertunda sampai Agustus 2020, Tuhan membuka satu jalan bagi saya untuk membuka satu Pos PI di daerah rumah trans yang tidak ada listrik, kesulitan air dan cukup jauh dari kota. Sehingga setiap hari Minggu saya bersama Istri dan anak harus menempuh jarak yang cukup jauh dari rumah kami untuk pergi melayani. Saat ini jiwa yang kami layani berjumlah 6 orang selain kami sekeluarga. Tempat pelayanan kami pun masih menggunakan rumah jemaat. Sangat sederhana, namun ditempat ini Tuhan membuat saya melihat betapa besar kuasa-Nya.Tuhan membuat pelayanan saya tidak hanya itu saja. Pos PI memang hanya itu, namun Tuhan juga mempercayakan kami membuka 2 tempat persekutan Doa, membuka 3 taman baca bagi anak-anak, dari orang yang malas doa pagi di kampus menjadi salah satu fasilitator JDPN Kab. Sumba Timur, tergabung dalam Lembaga Perlindungan Anak Kab. Sumba Timur, anggota Karang Taruna Kab. Sumba Timur, Koordinator My Home Indonesia untuk  Sumba. Dari seorang yang tidak peduli orang lain, sekarang jadi Paralegal (pendamping pengacara) untuk kasus kekerasan terhadap anak, dari orang yang malas menulis kini menjadi jurnalis di salah satu media online.

Banyak orang yang berkata bahwa kegiatan yang saya lakukan ini “bukan pelayanan gerejawi”,  agak “sedikit menyimpang” sehingga tidak sedikit yang mengatakan bahwa saya “telah lari dari panggilan”.  Sebenarnya alasan saya melayani di semua bidang ini karena termotivasi dari salah satu pepatah yang mengatakan “bila ditangan seorang tukang hanya ada palu, maka ia akan mengerjakan segala sesuatu dengan palu itu” padahal untuk pekerjaan tidak hanya butuh palu. Ada banyak alat yang dapat digunakan. Dan bagi saya, membangun pelayanan tidak cukup dengan berdiri di Mimbar Gereja. Lewat semua pelayanan ini, justru membuat saya lebih mengerti maksud Tuhan bagi saya.

Bagaimana dengan pendapatan saya? Dari semua pelayanan yang saya lakukan di atas, tidak ada satupun yang mendatangkan pendapatan. Justru pengeluaran. Kalau ada pengeluaran pasti ada pemasukan bukan? Ya! Pemasukan pasti ada, tetapi sumbernya hingga hari ini tidak saya ketahui. Rasanya memang aneh begitupun dengan saya, saya merasa aneh. Karena ada saja cara Tuhan memberkati kami dengan cara-cara yang tak terduga. Beberapa orang melihat saya bepergian dengan pesawat, mengendarai mobil, terlibat dalam berbagai aksi sosial karena saya punya pendapatan yang pasti, padahal tidak demikian. Semua itu adalah karena kemurahan Tuhan. Dan hingga saat ini setiap kekurangan kami secara ekonomi selalu Tuhan buat cukup. Sampai saat ini pelayanan kami di Pos PI tetap berjalan dan semuanya diatur Tuhan dengan begitu indah.